Peningkatan okupansi Starloka Saba Bali yang terletak di Gianyar, daerah penyangga pariwisata Bali menunjukkan solusi digital patut diperhitungkan untuk menggenjot performa bisnis di era saat ini, bahkan di area yang selama ini tidak masuk radar utama wisatawan.
Ketenaran Bali sebagai salah satu tujuan wisata paling populer di Asia Tenggara telah diakui oleh seluruh dunia. Meski demikian, pertumbuhan industri perhotelan di Pulau Dewata ini tidak selalu merata. Kawasan seperti Kuta, Seminyak, dan Canggu masih menjadi magnet utama bagi wisatawan, sementara daerah penyangga seperti Gianyar kerap tertinggal dari segi okupansi dan eksposur. Hotel-hotel kecil di wilayah ini menghadapi tantangan besar, antara lain terbatasnya akses promosi digital, dominasi jaringan hotel besar, hingga keterbatasan sumber daya manusia untuk mengelola distribusi online membuat banyak pelaku usaha lokal harus beradaptasi cepat untuk tetap bertahan.
Di tengah realitas tersebut, sebuah hotel lokal bernama Starloka Saba Bali Hotel di Gianyar, Bali justru menunjukkan capaian yang mencolok. Dengan kapasitas yang terbatas dan lokasi yang tidak berada di jalur utama wisata, Starloka mampu mencatat tingkat hunian hingga 80% setelah bermitra dengan perusahaan teknologi pariwisata ecommerceloka.
Menurut pemilik Starloka, Ida Bagus Narendra, perubahan signifikan ini berawal dari kesadaran bahwa kehadiran digital sangat menentukan performa bisnis di era saat ini. “Kami menyadari tidak cukup hanya menunggu tamu datang, tapi mengelola banyak platform dan review mandiri juga sangat menyita waktu. Di sinilah peran ecommerceloka dalam membantu operasional di Starloka melalui proses digital secara terpusat dan efisien,” jelas Irvan.
Kolaborasi tersebut memungkinkan Starloka untuk hadir di berbagai platform pemesanan daring Online-Travel-Agent (OTA). Selain dari sisi visibilitas, Ida Bagus juga merasa terbantu dengan adanya manajemen reputasi dan strategi pricing yang tepat sasaran melalui dashboard performa yang bisa diakses secara real-time.
Ia kemudian turut menggarisbawahi pentingnya arus kas yang lebih cepat dan transparan. “Salah satu keuntungan paling terasa adalah pembayaran dari OTA langsung masuk ke rekening kami tanpa perantara dan semua laporan bisa dicek di dashboard, sehingga mudah untuk memantau kondisi bisnis setiap hari,” tambahnya.
Menurut CEO dan Co-Founder ecommerceloka Nico S. Wiratama, peningkatan bisnis Starloka menjadi contoh nyata bahwa digitalisasi menjadi solusi pemerataan potensi pariwisata, bahkan di area yang selama ini tidak masuk radar utama wisatawan.
“Gianyar mungkin bukan destinasi yang ramai seperti Canggu atau Uluwatu, tapi dengan strategi yang tepat, properti di wilayah seperti ini bisa menarik traffic online, tampil profesional, dan bersaing secara sehat. Kami bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan transformasi digital Starloka,” ungkap Nico.
Seperti diketahuin, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sepanjang 2024 mencapai 6,3 juta orang atau meningkat 20,1 persen dibanding 2023, dengan sebagian besar masih terpusat di wilayah selatan. Namun, perubahan pola perjalanan menunjukkan bahwa wisatawan kini semakin mencari pengalaman yang lebih tenang, otentik, dan jauh dari keramaian.
“Tren ini membuka peluang besar bagi daerah seperti Gianyar dan daerah penyangga pariwisata di Bali lainnya untuk tampil ke permukaan. Di sinilah teknologi berperan sebagai jembatan sehingga memungkinkan properti-properti lokal untuk tetap bersaing, tampil setara, dan meningkatkan visibilitas sehingga mudah ditemukan oleh pasar global,” pungkas Nico.
Artikel ini juga tayangdi vritimes